Namaku INDONESIA

Senin, 21 Februari 2011

Sobat, kenalkan namaku Indonesia. Jangan salah mengeja ya, INDONESIA. Ini cerita tentang diriku, tetanggaku, teman-temanku, dan semua yang ada di sekitar aku. Aku punya tetangga sekaligus adik kelasku semasa kuliah dulu namanya Malaysia. Saat ini umurku….hemmm berapa ya..? Rahasia deh, sama seperti teman2 di FB yang suka merahasiakan umurnya.. hehehe…
Oiya, aku malu lho sama adik kelasku yang tetanggaku itu. Coz, dari segi umur emang aku lebih tua dikit dari dia, dan dia dulu lebih dulu belajar dari aku, sehingga aku sering disebutnya sebagai “guru” oleh dia. Nah yang membuat aku malu adalah karena dia sekarang lebih “pinter” dari aku. Kalo dulu dia sering belajar dari aku, tapi sekarang kebalik, aku yang harus sering belajar ke dia, sehingga aku pun sekarang harus memanggilnya “guru”.
Kadang aku dengan tetanggaku Malaysia ini sering berantem, karena kami sangat dekat sekali maka sering main-mainanku ketukar trus diklaim sama si Malaysia sebagai mainannnya. Aku sih nggak papa, biarin aja deh, kata pak ustad Jono “orang sabar dan ikhlas itu bisa masuk surga”… hahaha..
Sobat, aku juga punya tetangga bernama Singapura. Tapi tetanggaku satu ini agak belagu orangnya, mungkin karena dia diangkat anak asuh oleh Australia dan Amerika, sehingga dia pernah ngegosipin aku, bahwa “Indonesia itu sarang teroris”. Makanya aku sendiri agak sensi kalo harus bertetangga dengan dia. Tapi sayang Sobat, meski aku dikatai seperti itu, aku tidak bisa dan tidak berani membalasnya. Aku lebih suka berpenampilan sopan di dalam pergaulan, daripada harus membalas ocehan tetanggaku Singapur itu. Lagi-lagi aku harus mengalah dan memilih bungkam.
Sobat, saat ini tepatnya bulan oktober 2010 aku sedang mengalami duka yang mendalam, aku banyak menangis, bencana alam masih setiap menyapaku. Disamping bencana alam, ada juga bencana kemanusiaan yang aku alami. Aku terkena banjir, terkena tubrukan kereta api, dll.
Sobat bukannya sombong, sebenarnya aku bisa dibilang sangat kaya. Sebab aku punya emas yang tersimpan di Jayawijaya, punya minyak bumi yang hampir tersimpan di seluruh pelosok negeri, cadangan gas ku juga termasuk cadangan gas terbesar diantara tetanggaku. Tapi sayang sobat, kekayaanku tersebut sekarang, tidak bisa aku nikmati. Menurut “pengasuh” ku, kalau kekayaan itu di privatisasi alias dijual, maka aku akan semakin kaya dan menjadi “Indonesia yang maju”. Namun rupanya itu cuman bohong-bohongan, buktinya sejak 1976 kekayaan emas ku yang digadaikan ke PT Freport Amerika, tidak bisa mensejahterakan aku yang sejatinya pemilik sah emas tersebut. Itu baru emas, belum minyak bumi, gas, dan kekayaan tambang yang lainnya.


Sobat, sebenarnya aku pengin sekali menjerit dan meronta sekuat-kuatnya untuk memuntahkan segala keluh kesah dan kekesalanku pada “pengasuh”ku, karena aku sebenarnya dipaksa untuk berteman akrab dengan Amerika. Ya, aku memang sebenarnya emoh berteman dengan Amerika, karena Amerika terkenal sombong, culas, bahkan berlagak sok jadi penengah gitu kalau lagi ada sengketa. Apalagi sesudah ditandatanganinya kesepakatan “kemitraan komprehensif”, aku jadi semakin tidak leluasa bergerak, aku jadi semakin tertekan. Terus terang Sobat, Amerika bagi saya itu bukan hanya sekedar teman, tapi lebih sebagai seorang penjarah binti penjajah. Tidak puas Amerika menjarah emasku di Irian Jaya, dia mau menguasai 100% blok D-Alpha di Natuna. Ya Allah, sungguh kian malang nasibku.
Sobat, begitulah kiranya nasibku saat ini. Aku tidak tahu sampai kapan aku bisa bertahan seperti ini? Apakah esok masih ada Indonesia? Wallahu’alam
Untuk itu sobat, kau sahabat-sahabat sejatiku dalam perjuangan “nasib” ini, aku mohon kontribusi kamu untuk bisa menyelematkan aku. Aku pernah dengar ada yang mengatakan semacam slogan atau semboyan “selamatkan Indonesia dengan syariah”. Nah, aku sangat respect dan setuju dengan perjuangan itu. Aku rindu dengan syariah, aku kangen kamu sobatku, para pejuang di jalan dakwah yang ingin merubah Indonesia menjadi lebih baik. Kunanti dan kuikuti perjuanganmu Sobat !

0 komentar:

Posting Komentar